Selasa, 27 Oktober 2015

KTI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU AKSEPTOR KB SUNTIK TERHADAP EFEK SAMPING KB SUNTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Program KB (Keluarga berencana) menurut UU No 10 tahun 1992 ( tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUS), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil bahagia dan sejahtera (Handayani, 2010). Keluarga Berencana (KB) adalah untuk mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan bisa menentukan kapan akan hamil lagi, serta bisa menggunakan metode KB yang sesuia dengan keinginan dan kecocokan kondisi tubuh (Uliyah, 2010). Pemerintah Indonesia telah merencanakan berbagai program untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu program dengan keluarga berencana Nasional sebagai integral dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan ganda yaitu mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera. Keadaan ini dapat dicapai dengan mengajurkan pasangan usia subur (PUS) untuk mengikuti program keluarga berencana (BKKBN, 2011). Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya untuk mengatur jumlah penduduk, selain itu keluarga Berencana bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan sejehtera, keberhasilan keluarga berencana juga akan menentukan angka kematian ibu dan bayi yang akan di lahirkan. Apabila dalam program keluarga keluarga berencana tersebut gagal atau tidak berhasil maka angka kehamilan dan persalinan tinggi sehingga menyebabkan ledekan penduduk yang meningkat , selain itu wanita hamil cenderung mengalami resiko tinggi persalinan, dan meningkatnya angka mordibitas ibu dan bayi ( Hartono, 2010). Hasil survei menunjukan bahwa 62% wanita kawin usia 15 - 49 tahun menggunakan alat cara KB, Sebagian besar diantaranya menggunakan metode kotrasepsi modern 58 % dan 4% menggunakan metode kontrasepsi tradisional . Di antara cara KB modern yang di pakai, Suntik KB merupakan alat kontrasepsi terbanyak digunakan oleh wanita berstatus kawin 32%, diikuti oleh pil KB , hampir 14 %. Pemakaian alat kontrasepsi pada wanita kawin kelompok umur 15-19 tahun dan 45-49 tahun lebih rendah dibandingkan mereka yang berumur 20-44 tahun. Wanita muda cenderung untuk memakai alat kontrasepsi modern jangka pendek seperti suntikan dan pil KB, sementara mereka yang lebih tua cenderung untuk memakai kontrasepsi jangka panjang IUD dan sterilisasi (SDKI, 2012). Berdasarkan hasil data kesehatan Indonesia bahwa tahun 2011 jumlah pasangan usia subur (PUS) provinsi tahun 2010 Kalimantan Tengah untuk peserta KB sebanyak 429.963, ada peningkatan di bandingkan tahun 2010 yaitu 422.894. Dari PUS tersebut jumlah peserta KB baru sebanyak 21,55% dan KB aktif 79,28%. Peserta KB baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi atau PUS yang menggunkan kembali alat kontrasepsi. Peserta KB aktif dibagi menjadi peserta KB dengan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) yang jenisnya IUD MOP/MOW, implant dan peserta KB non metode kotrasepsi jangka panjang (Non MKJP) yang jenisnya suntik ,pil, kondom, obat vagina,dan lainnya (Profil Kesehatan provinsi Kalimantan Tengah, 2011). Berdasarkan dari buku register harian di Puskesmas Menteng pada tahun 2013 mulai dari bulan Januari sampai dengan Desember 2013 tercatat 268 orang yang berkunjung untuk ber KB, dari data tersebut akseptor KB yang menggunakan kontraseps pil sebanyak 146 orang (54,48 %), suntik 1 bulan sebanyak 22 orang (8,20%), suntik 3 bulan sebanyak 80 orang (29,85%), kondom sebanyak 12 orang (4,48%), implant sebanyak 6 orang (2,24%) dan AKDR sebanyak 2 orang (0,75%). (Buku Register KIA/KB Puskesmas Menteng tahun 2013 ). Berdasarkan dari hasil wawancara 6 orang responden di Puskesmas Menteng Palangka Raya, 2 orang responden mengatakan mengetahui efek samping KB suntik seperti kenaikan berat badan, haid tidak teratur, sakit kepala, dan mual. Dan 4 orang responden mengatakan tidak mengetahui efek samping dari KB suntik. Dari hasil wawancara tersebut, ternyata masih ada akseptor KB suntik yang tidak mengetahui efek samping dari KB suntik. Sehingga peneliti merasa perlu untuk mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik di Puskesmas Menteng Palangka Raya. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Akseptor KB suntik Tentang Efek Samping KB suntik di Puskesmas Menteng Palangka Raya?” . C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik di Puskesmas Menteng Palangka Raya. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian adalah untuk mengetahui : Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan umur Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan paritas Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan pendidikan Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan sumber informasi D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Responden Dapat menambah pengetahuan dan informasi bagi akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik. 2. Bagi tempat penelitian Sebagai bahan masukan atau dapat berguna sebagai bahan laporan dan informasi bagi pelayanan kebidanan dalam rangka meningkatkan pelayanan kebidanan di KIA/KB Puskesmas Menteng Palangka Raya. 3. Bagi institusi Pendidikan Memberikan masukan serta sebagai alternatif sumber rujukan ilmu pengetahuan dalam bidang pelayanan KB. 4. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman peneliti mengenai penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan samapi menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 ). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO ( World Health Organization ), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Tingkat pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( ovent behavior ). Pengetahuan yang cukup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : Tahu ( know ) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah disampaikan yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap sesuatu yang spesifik dari eluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan dari seluruh bahan yang telah dipelajari merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Memahami ( comprehention ) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan penjelasan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengiterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramal dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Aplikasi ( application ) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya ). Aplikasi ini diartikan sebagai pengguna hukum – hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. Analisa ( analysis ) Analis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi. Sintesis ( syntesis ) Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungksn bagian – bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada. Evaluasi ( evaluation ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian – penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat tersebut diatas ( Notoatmodjo, 2003 ). Menurut Arikunto ( 2006 ) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : Baik :76 – 100 % Cukup : 56 – 75 % Kurang : < 56 % Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut notoadmodjo ( 2005) Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: Umur Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan baru. Semakin bertambahnya umur seseorang maka akan semakin bertambah keinginan danpengetahuannya tentang kesehatan. Pendidikan Pendidikan kesehatan ditujukan untuk menggugah masyarakat tentang pemeliharaan dan peningkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Pengalaman Pengalaman dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengancara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu. Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang luas. Bentuk informasi yang dapat diperoleh : penyuluhan dari tenaga kesehatan, media cetak ,maupun media elektronik. Akseptor Keluarga Berencana Pengertian Akseptor adalah orang yang menerima serta mengikuti pelaksanaan program keluarga berencana ( hartanto, 2006). Akseptor Keluarga Berencana (KB) adalah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat / obat kontrasepsi (BKKBN, 2007). Jenis - jenis akseptor KB Akseptor Aktif Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. Akseptor Aktif Kembali Pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih tiga bulan berturut – turut dan bukan karena hamil. Akseptor KB Baru Akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. Akseptor KB Dini Para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. Akseptor Langsung Para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. Akseptor Dropout Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrsepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007). Konsep Dasar Kontrasepsi Definisi Kontrasepsi Kontrasepsi adalah menghindari / mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Suratun, 2008). Kontrasepsi adalah mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma (Hartanto, 2004). Macam-Macam Alat Kontrasepsi Pada umumnya metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi : . Metode Sederhana Tanpa Alat/Obat Senggama terputus Senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang ejakulasi (Manuaba, 2010). Pantang berkala Metode ini memerlukan sistem menstruasi yang teratur sehingga dapat memperhitungkan masa subur untuk menghindari kehamilan dengan tidak melakukan hubungan seks (Manuaba, 2010). . Metode Sederhana Dengan Menggunakan Alat/Obat Kondom Kondom adalah suatu selubung atau sarung karet yang terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet),plastic (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang apda penis (kondom pria) atau vagina (kondom wanita) pada saat berhubungan seksual.(Handayani, 2010). Spermisida Spermisida adalah zat kimia yang dapat melumpuhkan sampai mematikan spermatozoa yang digunakan menjelang hubungan seks. Diafragma Diafragma adalah kap berbentu bulat cembung, terbuat dari lateks (karet), yang dimasukkan kedalam vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan menutupi servik (Handayani, 2010). Metode Modern Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi Pil Menurut Handayani, 2010 kontrasepsi pil dapat dibagi menjadi Pil Oral Kombinasi Pil ini merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormone sintesis estrogen dan progesterone. Pil Progestin Pil ini merupakan pil kontasepsi yang berisi hormone sintesis progesterone. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Merupakan suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif.(Handayani, 2010) Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi suntik adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan melalui suntikan hormonal. Kontrasepsi hormonal jenis KB suntik ini di Indonesia semakin banyak dipakai karena cara kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harga relative murah dan aman (Hartanto, 2004). Menurut Hartanto (2004), jenis kontrasepsi suntik meliputi: Suntik 1 bulan Cyclofem vial 0,5 cc mengandung estrogen dan progesterone. Suntik 3 bulan Depo Progestin mengandung 150 mg progesteron, DMPA atau Depo provera vial 1 ml hanya mengandung 150 mg DMPA. Menurut Pinem, 2009 kontrasepsi suntik terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Suntik Kombinasi jenis suntikan kombinasi yaitu : 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat, dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat. Suntik Progestin jenis suntik progestin yaitu : 150 mg Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA), Depo-Provera dan 200 mg Norethindrone enantahate atau Noristerat (NET-EN). Implant Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormon, dipasang pada lengan atas.(Handayani, 2010). Metode Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi (Manuaba, 2010: 620). Menurut Handayani, 2010 kontrasepsi mantap dibagi menjadi 2 jenis yaitu: Kontrasepsi Mantap Pada Pria (Vasektomi) Suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan tidak memerlukan anastesi umum. Kontrasepsi mantap pada wanita (Tubektomi) Setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi. Konsep Dasar Suntik Menurut Pinem, 2009 kontrasepsi suntik terbagi menjadi 2 jenis yaitu: Suntik kombinasi Definisi suntik kombinasi Suntik kombinasi merupakan kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis estrogen dan progesteron Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat Dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi IM sebulan sekali (Pinem,2009). Mekanisme Kerja Suntik Kombinasi Menurut Handayani, 2010. Mekanisme kerja KB suntik Kombinasi adalah : Menekan Ovulasi Menghambat transportasi gamet oleh tuba Mempertebal mukus serviks (mencegah penetrasi sperma) Mengganggu pertumbuhan endometrium, sehingga menyulitkan proses implantasi Keuntungan/Manfaat Manfaat atau keuntungan kontrasepsi suntik kombinasi, menurut handayani, 2010 : Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri Tidak memerlukan pemeriksaan dalam Klien tidak perlu menyimpan obat Resiko terhadap kesehatan kecil Efek samping sangat kecil Jangka panjang Kerugian suntik kombinasi Menurut Pinem, 2009kerugian suntikan kombinasi yaitu : Terjadi perubahan pola haid seperti haid tidak teratur, perdarhan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan. Biasanya suntikan ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan Bila digunakan bersamaan dengan Fenitoin dan Barbiturat (obat epilepsi) atau Rifampisin (obat untuk tuberkulosis), efektifitasnya berkurang. Dapat menyebabkan efek samping serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak dan kemungkinan timbulnya tumor hati Perubahan berat badan Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, hepatitis B virus atau HIV / AIDS Pemulihan kesuburan kemungkinan terlambat setelah pemakaian berhenti Indikasi Suntik Kombinasi Usia reproduksi, telah memiliki anak atau belum Ingin menggunakan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi Memberikan ASI pasca persalinan > 6 bulan Pasca persalinan tetapi tidak menyusui Anemia Nyeri haid hebat, haid teratur Riwayat kehamilan ektopik Sering lupa minum pil Kontraindikasi Suntik Kombinasi Hamil atau diduga hamil Perdarahan pervaginam tak jelas penyebabnya Perokok usia >35 th yang merokok Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (>180 / 110) Riwayat Diabetes > 20 th Penyakit hati akut Keganasan payudara Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrane Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan kombinasi Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid Bila suntikan pertama diberikan setelah 7 hari siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau gunakan kontrasepsi lain Bila klien tidak haid maka pastikan tidak hamil, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau gunakan kontrasepsi lain Pasca persalinan 6 bulan, menyusui dan belum haid maka harus pastikan tidak hamil, suntikan dapat diberikan Pasca persalinan < 6 bulan, menyusui serta telah mendapatkan haid,maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7 Pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat di berikan Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat segera diberikan dalam waktu 7 hari Cara penggunaan suntik kombinasi Menurut Handayani, 2010 suntikan kombinasi diberikan dengan : Intra muskular, setiap bulan Diulang tiap 4 minggu 7 hari lebih awal, terjadi resiko gangguan perdarahan Setelah hari ke 7 bila tidak hubungan 7 hari kemudian atau gunakan kontrasepsi lain Efek samping dan penanganan Amenorea Penanganannya, singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi pengobatan khusus, jelaskan bahwa darah haid tidak berkumpul dalam rahim. Anjurkan klien untuk kembali ke klinik bila tidak datangnya haid masih maenjadi masalah. Bila klien hamil, rujuk klien, hentikan penyuntikan dan jelaskan bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya pada janin. Mual/Pusing/Muntah Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil rujuk. Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat. Perdarahan bercak Bila hamil rujuk, bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Jelaskan bahwa perdarahan yang terjadi merupakan hal biasa. Bila perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan klien, metode kontrasepsi lain perlu dicari. b. Suntik Progestin Definisi suntikan progestin Suntikan Progestin merupakan kontrasepsi suntikan yang berisi hormone progesterone. (Handayani, 2010). Menurut Handayani, 2010 suntikan progestin terbagi menjadi 2 jenis yaitu Depo Medroxyprogesterone Asetat, Depo-Provera (DMPA) : 150 mg depot-medroxyprogesterone acetat yang diberikan seyiap 3 bulan dan Noristerat (NET-EN): 200 mg norethindrone enanthate yang diberikan setiap 2 bulan. Mekanisme Kerja Suntik Kombinasi Menurut Handayani, 2010 mekanisme kerja suntik progestin yaitu : Menekan ovulasi. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang sudah dibuahi. Mungkin mempengaruhi kecepatan yranspor ovum di dalam tuba falopii. Keuntungan / Manfaat Menurut Pinem, 2009: 271 keuntungan kontrasepsi adalah : Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami isteri Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah Tidak mempengaruhi ASI Efek samping sedikit Klien tidak perlu menyimpan obat suntik Dapat digunakan oleh perempuan yang berusia di atas 35 tahun sampai perimenopause Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik Menurunkan kejadian jinak payudara Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggu Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) Keterbatasan Suntik Progestin Sering ditemukan gangguan haid. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi amenorea perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi, lama dan banyaknya darah yang keluar, atau tidak haid sama sekali. Pada waktu tertentu harus kembali untuk mendapat suntikan Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. Peningkatan berat badan Tidak menjamin perlindungan terhadap infeksi menular seksual, inveksi HIV, hepatitis B virus. Setelah pemakaian dihentikan kesuburan terlambat kembali Indikasi Suntikan Progestin . a) Wanita dari semua usia subur atau paritas yang : Menginginkan metoda yang efektif dan bias dikembalikan lagi Sedang dalam masa nifas dan tidak sedang menyusui Sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas) Pasca aborsi Perokok (dari semua umur, sebanyak apapun) Tidak peduli dengan perdarahan atau amenorrhea yang tidak teratur b). Wanita dari kelompok usia subur atau paritas manapun yang : (1) Mengalami nyeri haid dari yang sedang hingga yang hebat (2) Makan obat untuk epilepsi atau tuberculosis (3) Mengalami tekanan darah tinggi atau masalah pembekuan Darah (4) Lebih menyukai untuk tidak atau tidak boleh menggunakan estrogen (5) Tak bisa mengingat untuk makan pil setiap hari (6) Lebih menyukai metode yang tidak berkaitan dengan hubungan seks. (Handayani, 2010) Kontraindikasi Suntikan Progestin Sedang hamil (diketahui atau dicurigai) Sedang mengalami perdarahan vaginal tanpa diketahui sebabnya (jika adanya masalah serius dicurigai) Mengalami kanker payudara Sedang menyusui (< 6 minggu pasca persalinan) Mengalami sakit kuning (hepatitis virus simptomatik atau sirosis Menderita tekanan darah tinggi Menderita penyakit jantung iskhemik (sedang atau belum sekarang ini) Pernah mengalami stroke Menderita tumor hati (adenoma atau hepatoma) Menderita diabetes (selama lebih dari 20 tahun). Waktu Mulai Menggunakan Suntikan Progestin Menurut Handayani, 2010: 114 suntikan diberikan pada waktu : Injeksi awal Hari ke 1 sampai 7 dari siklus haid Setiap saat selama siklus haid dimana anda merasa yakin bahwa pasien tersebut tidak hamil Postpartum Efek Samping dan Penanganan Menurut Handayani,2010: 114 efek samping penggunaan suntik progestin adalah: Amenorrhea 1) Meyakinkan pada klien bahwa itu adalah hal yang biasa, bukan merupakan efek samping yang serius. 2) Mengevaluasi untuk mengetahui apakah ada kehamilan, terutama jika terjadi amenorrhea setelah masa siklus haid yang teratur. 3) Jangan berupaya untuk merangsang perdarahan dengan kontrasepsi oral kombinasi. Perdarahan hebat atau tidak teratur Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Mual/Pusing/Muntah Pastikan tidak ada kehamilan. Bila hamil rujuk. Bila tidak hamil, informasikan bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat. Pertambahan tau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan) Informasikan bahwa kenaikan/penurunan BB sebanyak 1-2 kg dapat saja terjadi. Perhatikan diet klien bila perubahan BB klien terlalu mencolok. Bila BB berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi yang lain. Hasil Tinjauan Terhadap Variabel Penelitian Umur Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya diri pada orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat pngalaman jiwa. Menurut Wijaksono (2002) umur dapat digolongkan menjadi : < 20 tahun, secara biologis belum optimal untuk melahirkan. 20-35 tahun, reproduksi yang sehat dan aman utuk melahirkan. > 35 tahun, resiko tinggi untuk melahirkan Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau mati yang di punyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut prawihardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grandemulti para. Sedangkan menurut Manuaba (2008), Paritas adalah wanita yang pernah melahirkan aterm. Paritas diklasifikasikan menjadi : Primipara Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang cukup besar untuk hidup di dunia luar (Varney, 2006). Multipara Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali (Prawirohardjo,2009). Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (Manuaba, 2008). Multipara adalah wanita yang sudah hamil, dua kali atau lebih (Varney, 2006). Grandemultipara Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan ( Manuaba, 2008). Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup ataupun mati( Rustam, 2005). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih ( Varney, 2006). Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah sesuatu cita – cita tertentu ( Nursalam, 2003). Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi tingkat pendididkan seseorang maka makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia (2003) tentang sistem pendidikan Nasional, tingkat pendidikan dapat digolongkan menjadi : Pendidikan dasar : SD, SMP Pendidikan menengah : SMA Pendidikan tinggi : Akademik / Perguruan Tinggi Sumber informasi Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas ( Notoatmodjo, 2003). Informasi yang diperoleh melalui media massa / cetak misalnya dengan membaca surat kabar, majalah. Media elektronik dengan mendengarkan radio, melihat televisi, dan dapat memperoleh informasi dari petugas kesehatan. Informasi adalah penerangan kabar atu berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendididkan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. Adapun klasifikasinya : Petugas Kesehatan Media Cetak / Massa Media Elektronik Kerangka Teori Kerangka teori merupakan rangkaian teori yang mendasari topik penelitian, dalam kerangka teori ini peneliti akan mengemukakan teori – teori yang berhubungan dengan bidang yang akan dikaji, rumusan kerangka teori mengikuti input, proses, output ( Saryono, 2010 ). Gambar 2.1 kerangka teori pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik di Puskesmas Menteng Palangka Raya   BAB III METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikn atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. (Notoadmodjo, 2010). Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang ini, yaitu untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Akseptor KB suntik Tentang Efek Samping KB suntik di Puskesmas Menteng Palangka Raya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode bersifat deskriptif dengan sumber data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah. Kerangka konsep membahas saling ketergantungan antar variabel yang dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang atau akan di teliti (Alimul Hidayat, 2007). Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan yang lain dari masalah yang di teliti (Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran pada penelitian yang dirumuskan dari fakta – fakta, observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep memuat teori, dalil atau konsep – konsep yang akan dijadikan dasar dan pijakan untuk melakukan penelitian. Uraian dalam kerangka konsep menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian. Sehingga dapat dijadikan dasar untuk menyusun hipotesis dan menjawab permasalahan penelitian (Ari setiawan, 2010). Kerangka kosep disajikan sebagai berikut : Tabel 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Tentang Pengetahuan Akseptor KB suntik Tentang Efek Samping KB suntik Variabel Independent Variabel Dependent Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Definisi Operasional Menurut Notoatmodjo, 2010 definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan. Definisi operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau pengumpulan data ( variabel ) itu konsisten antara sumber data ( responden ) yang satu dengan yang lain. Disamping varianel harusdi didefinisi operasionalkan juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran hasil ukur atau kategorinya, serta skala pengukuran yang digunakan. Untuk memudahkan, biasanya definisi operasional itu disajikan dalam bentuk “ matrix “ yang terdiri dari kolom – kolom. Tabel 3.2 Definisi Operasional dan cara pegukurannya. No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui atau dijawab oleh responden tentang efek samping KB suntik kuesioner Baik (76 –100%) Cukup ( 56 – 75%) Kurang ( < 56 % ) Ordinal 2 Umur Usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Kuesioner < 20 tahun 20 – 35 tahun > 35 tahun Interval 3 Paritas Banyaknya kelahiran hidup atau mati yang dipunyai oleh seorang wanita. kuesioner Primipara Multipara Grandemultipara Ordinal 4 Pendidikan Bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah sesuatu cita – cita tertentu. kuesioner Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah Pendidikan Tinggi Ordinal 5 Sumber informasi Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. kuesioner Petugas kesehatan Media cetak Media elektronik Kerabat Masyarakat Nominal Tempat dan Waktu Penelitian Waktu Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juni – Juli 2014 Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Ruang KIA / KB Puskesmas Menteng Palangkaraya. Populasi dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas objek /subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang berkunjung ke KIA /KB Puskesmas Menteng Palangka Raya pada bulan Juni – Juli 2014 Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara sampling aksidental. Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data. (Setiawan dan Saryono, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah semua akseptor KB suntik yang berkunjung ke KIA /KB Puskesmas Menteng Palangka Raya pada bulan Juni – Juli 2014. Setelah dilakukan penelitian didapat hasil 30 responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kriteria insklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria Insklusi Kriteria Insklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subjek penelitian atau populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian. Ibu akseptor KB suntik 1 bulan atau 3 bulan yang ingin mendapatkan suntik KB di Puskesmas Menteng. Ibu akseptor KB suntik 1 bulan atau 3 bulan yang mempunyai paritas. Ibu akseptor KB suntik 1 bulan atau 3 bulan yang bersedia menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian. Kriteria Eklusi Kriteria Kriteria adalah keadaan yang menyebabkan subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian. Ibu akseptor KB suntik 1 bulan atau 3 bulan yang tidak mempunyai penyakit hipertensi. Ibu akseptor KB yang menggunakan KB selain KB suntik 1 bulan atau 3 bulan. Variabel Penelitian Variabel merupakan karakteristik subjek penelitian yang berubah dari subjek ke subjek lainnya (Alimul Hidayat, 2010). Dalam penelitian terdapat bebrapa jenis variabel diantaranya : Variabel independen ( variabel bebas ) Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Dalam penelitian ini sebagai variabel independen adalah umur, paritas, pendidikan, dan sumber informasi. Variabel dependen ( variabel terikat ) Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau variabel yang menjadi akibat dari variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik. Teknik Pengumpulan Data Teknik Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Sumber data primer adalah sumber yang langsung memberikan data atau informasi kepada pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Cara pengumpulannya yaitu dengan memberikan kuesioner kepada akseptor KB suntik. Kuesioner merupakan salah satu metode koleksi data dengan cara membagikan angket yang berisi pertanyaan – pertanyaan sebagai bahan data yang akan di olah dan dianalisis ( Awangga, 2007). Kuesioner ini di menggunakan skala guttman yang pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penelitian. Kuesioner disebarkan ke akseptor KB suntik yang berkunjung ke KIA / KB Puskesmas Menteng. Alat Pengumpulan Data Alat pengumpulan data primer yang digunakan peneliti untuk pengambilan data adalah dengan menggunakan kuesioner, alat tulis, dan kalkulator. Rencana Pengolahan data dan Analisia data Pengolahan Data Pada penelitian, setelah semua data terkumpul data tersebut diolah secara manual Editing Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah terkumpul apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksa dan dilakukan pendataan ulang terhadap responden. Coding Data yang telah dikumpulkan di beri kode dalam bentuk angka untuk mempermudah memasukkan kedalam tabel. Scoring Scoring adalah memberikan terhadap item – item yang perlu di beri penilaian atau score. Tabulasi data Data dimasukan dalam bentuk distribusi frekuensi memberi skor terhadap jawaban responden. Analisa Data Analisa data yang digunakan adalah analisa data univariat yaitu untuk menjelaskan atau mendeskriptifkan karakteristik masing – masing variabel (Hastono, 2006). Setelah semua data terkumpul secara manual maka hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Dengan mengumpulkan data, mengelompokkan dan memasukan data dalam tabel. Dengan mengumpulkan data, mengelompokkan dan memasukan data dalam tabel dalam bentuk narasi. Caranya yaitu dengan membagi frekuensi kejadian (f) dengan populasi (n) dan dikalikan 100 persen dengan rumus sebagai berikut : Rumus : P = f/n x 100 % Keterangan : f : jumlah jawaban yang benar n : jumlah populasi P : presentase Hasil perhitungan persentasi dimasukkan ke dalam tabel dan disertai dengan penjelasan. Uji Instrumen Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner Salah satu masalah dalam suatu penelitian adalah bagaimana data yang diperoleh adalah akurat dan objektif. Hal ini sangat penting dalam penelitian karena kesimpulan penelitian harus akurat dan dapat dipercaya. Data yang kita kumpulkan tidak akan berguna bilamana alat pengukur yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian tidak mempunyai validitas dan reabilitas yang tinggi. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Untuk mengetahui validitas suatu kuisioner dilakukan dengan cara korelasi antar skor masing – masing variabel dengan total skornya. Suatu variabel ( pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkolerasi secara signifikan dengan skor totalnya, teknik korelasi yang digunakan kolerasi Pearson Product Moment. Untuk mengetahui validitas kuisioner dilakukan dengan membandingkan nilai r table dengan r hitung. Menentukan nilai r table Nilai r tabel dilihat dari tabel r dengan menggunakan df =n-2. Pada tingkat kemaknaan 0,05. Menentukan nilai r hasil perhitungan Nilai r hasil dapat dilihat pada kolom “ corrected item – total correlation“ pada perhitungan mengguanakan software SPSS Versi 11,5 For Windows. Keputusan Masing – masing pertanyaan atau variabel dibandingkan nilai r hasil dengan nilai r table, dengan ketentuan bila r hasil > r table, maka pertanyaan atau variabel tersebut valid. Sedangkan bila r hasil < r tabel maka pertanyaan atau variabel tersebut tidak valid. Etika Penelitian Dalam etika penelitian, penelitian perlu adanya rekomendasi dari institusi pendidikan, dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi atau lahan tempat penelitian setelah mendapatkan persetujuan baru melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi : Surat permohonan izin Surat pemohonan izin diberikan kepada ruangan atau lahan tempat penelitian. Surat persetujuan atau informed consent Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Tanpa nama atau anonymity Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada pengumpulan data, cukup memberi nomor kode atau inisial nama pada masing – masing lembar kuesioner tersebut. Kerahasiaan atau confidentiality Kerahasiaan informasi data dijamin peneliti hanya kelompok data yang diperlukan akan dibuat sebagai hasil penelitian. Rencana Penelitian Jadwal penelitian diambil dari alur kegiatan dan deskripsi kerja Karya Tulis Ilmiah (KTI) Akademi Kebidanan Betang Asi Raya Palangka Raya. Tabel 3.3 Rencana Penelitian NO Kegiatan Bulan Jan Feb Mart Apr Mei Jun Juli Agst 1 Konsul judul √ 2 Konsul proposal √ √ √ √ 3 Penelitian 2 konsul KTI √ √ 4 Ujian KTI √ 5 Revisi KTI √ 6 Penjilidan √ 7 Pengumpulan KTI √   BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Profil Puskesmas Tempat Penelitian Puskesmas Menteng merupakan salah satu puskesmas yang ada diwilayah kecamatan Jekan Raya, terletak di Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Palangka, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kereng Bengkirai, Sebelah Timur dengan Kelurahan Langkai dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sebangau berjarak 3.752 km2 dari pusat kota Palangka Raya, tepatnya berada di Kelurahan Menteng meliputi 175 RT dan 52 RW, dengan Luas Wilayah Kerja 9.341 km2. Keadaan Penduduk Kepadatan Pendudukan Jumlah penduduk yang besar merupakan modal pembangunan dan juga merupakanbeban beban dalam pembangunan karenanya pembangunan diarahkan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Jumlan penduduk terbanyak adalah 38.016 jiwa dengan jumlah KK 10.624 KK Sex Ratio adalah suatu angka yang menunjukan perbandingan jenis kelamin, ratio ini merupakan perbandingan antara banyaknya penduduk laki – laki dan perempuan di suatu daerah tertentu. Dari data penduduk Kelurahan Menteng 38.016 jiwa. Penduduk laki – laki 19.423 jiwa lebih banyak daripada perempuan 18.593 jiwa. Visi dan Misi Visi Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan menuju masyarakat sehat yang mandiri. Misi Memberi pelayanan sesuai standar mutu pelayanan kesehatan. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat secara berkesinambungan. Strategi Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di puskesmas induk. Meningkatkan pelayanan kesehatan (promotif dan preventif) dalam bentuk klinik sehat. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder. Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan Bentuk Kegiatan Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan ( kuratif dan rehabilitatif) di puskesmas induk. Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas dan kemampuan yang tersedia : Pelayanan Registrasi, Pelayanan BP, Pelayanan KIA KB, Pelayanan Gigi, Pelayanan Gizi, Pelayanan Imunisasi, Pelayanan Laboratorium dan Pelayanan Farmasi, dan Pelayanan Klinik Sehat. Mengoptimalkan peran SDM sesuai tupoksi pelayanan yang ada. Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap Mengoptimalkan pelayanan secara tepat waktu, standar mutu, efisien dan dengan keramah tamahan. Mengoptimalkan pelayanan rujukan terutama rujukan horisontal (antar klinik pelayanan di puskesmas) dalam rangka mendorong optimalisasi pelayanan klinik sehat dengan tetap mengoptimalkan pelayanan rujukan vertikal. Mengoptimalkan koordinasi pada semua lini pelayanan puskesmas Meningkatkan pelayanan kesehatan promotif dan preventif dalam bentuk klinik sehat dan mengoptimalkan petugas jaga layanan klinik sehat meliputi : Konsul Gizi, Konsul Sanitasi, Konsul PHBS, Konsul Medis, Konsul Gigi, Konsul KIA KB. Mengupayakan dan mengoptimalkan rujukan kasus dari klinik BP, KIA KB, dan Gigi ke klinik sehat. Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan di klinik sanitasi Meningkatkan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif di puskesmas pembantu dan puskesmas keliling. Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas dan kemampuan yang tersedia di puskesmas pembantu Pelayanan Registrasi, Pelayanan BP, Pelayanan KIA KB, dan Pelayanan Gigi. Mengoptimalkan peran SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi stake holder. Optimalkan koordinasi lintas sektoral tingkat kecamatan secara aktif maupun pasif. Membangun komunikasi dengan aparat dan lembaga tingkat desa dalam rangka memperoleh dukungan untuk implementasi program kesehatan di tingkat desa. Membangun dan meningkatkan tingkat kepercayaan pelayanan puskesmas pada masyarakat melalui tokoh masyarakat Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan. Membangun komunikasi dan koordinasi dengan kader sebagai jaringan program dan layanan kesehatan pada masyarakat. Mengoptimalkan pembinaan petugas puskesmas ke posyandu Mengoptimalkan peran petugas pembina wilayah desa Mengoptimalkan kerja sama lintas sektoral Mengoptimalkan jaringan komunikasi dan koordinasi serta pelayanan kesehatan pada institusi pendidikan. Hasil Penelitian Setelah dilakukan Lakukan penelitian di Puskesmas Menteng Palangka Raya pada Tahun 2014, dengan pengambilan data primer ( kuisioner ) maka hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil sebagai berikut. Univariat Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Pengetahuan Ibu Tabel 4.1 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan Pengetahuan Variable Pengetahuan Jumlah Persen (%) Baik 12 40 Cukup 10 33,3 Kurang 8 26,7 Jumlah 30 100 Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik yang mempunyai pengetahuan baik ada 12 responden (40%), pengetahuan cukup ada 10 responden ( 33,3%) dan yang mempunyai pengetahuan kurang ada 8 responden ( 26,7%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Umur Tabel 4.2 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan umur Umur Ibu Jumlah Persen (%) < 20 tahun 5 16,7 20–35 tahun 15 50 > 35tahun 10 33,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan umur ibu pada kelompok umur < 20 tahun ada 5 responden (16,7%), pada kelompok umur 20 – 35 tahun ada 15 responden (50%), pada kelompok umur > 35 tahun ada 10 responden (33,3%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Paritas Tabel 4.3 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan paritas Paritas Jumlah Persen (%) Primipara 10 33,3 Multipara 11 36,7 Grandemultipara 9 30 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan paritas pada kelompok Primipara ada 10 responden (33,3%), pada kelompok Multipara ada 11 responden (36,7%), dan pada kelompok Grandemultipara ada 9 responden (30%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan pendidikan Pendidikan Jumlah Persen (%) Tinggi 5 16,7 Menengah 9 30 Dasar 16 53,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan pendidikan ibu pada kelompok pendidikan Tinggi ada 5 responden (16,7%), pada kelompok pendidikan Menengah ada 9 responden (30%), pada kelompok pendidikan Rendah 16 responden (53,3%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Sumber Informasi Tabel 4.5 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan sumber informasi Sumber Informasi Jumlah Persen (%) Tenaga Kesehatan 14 46,7 Media Cetak - 0 Media Elektronik 5 16,7 Kerabat 7 23,3 Masyarakat 4 13,3 Jumlah 30 100 Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan sumber informasi diperoleh bahwa ibu yang memperoleh informasi dari Tenaga Kesehatan ada 14 responden (46,7%), tidak ada ibu yang memperoleh informasi dari Media Cetak (0%), ibu yang memperoleh informasi dari Media Elektronik ada 5 responden (16,7%), ibu yang memperoleh informasi dari Kerabat 7 responden (23,3%), dan ibu yang memperoleh informasi dari Masyarakat ada 4 responden (13,3%). Bivariat Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Umur Tabel 4.6 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan umur Umur Ibu Pengetahuan Jumlah Baik Cukup Kurang F % F % F % F % < 20 tahun 1 3,3 % 1 3,3% 3 10 % 5 16,7% 20–35 tahun 8 26,7 % 4 13,3 % 3 10 % 15 50 % > 35tahun 3 10 % 5 16,7 % 2 6,7 % 10 33,3% Jumlah 12 40% 10 33,3% 8 26,7% 30 100% Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan umur ibu pada kelompok umur < 20 tahun terbanyak mempunyai pengetahuan kurang ada 3 responden (10%), pada kelompok umur 20 – 35 tahun terbanyak mempunyai pengetahuan baik ada 8 responden (26,7%), pada kelompok umur > 35 tahun terbanyak mempunyai pengetahuan cukup ada 5 responden (16,7%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Paritas Tabel 4.7 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan paritas Paritas Pengetahuan Jumlah Baik Cukup Kurang F % F % F % F % Primipara 4 13,3% 2 6,7% 4 13,3% 10 33,3% Multipara 6 20% 3 10% 2 6,7% 11 36,7% Grandemultipara 2 6,7% 5 16,7% 2 6,7% 9 30% Jumlah 12 40% 10 33,3% 8 26,7% 30 100% Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan paritas pada kelompok Primipara terbanyak mempunyai pengetahuan baik dan kurang ada 4 responden (13,3%), pada kelompok Multipara terbanyak mempunyai pengetahuan baik ada 6 responden ( 20%), dan pada kelompok Grandemultipara terbanyak mempunyai pengetahuan cukup ada 5 responden (16,7%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.8 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan pendidikan Pendidikan Pengetahuan jumlah Baik cukup kurang F % F % F % F % Tinggi 5 16,7% - - - - 5 16,7% Menengah 4 13,3% 3 10% 2 6,7% 9 30% Dasar 3 10% 7 23,3% 6 20% 16 53,3% Jumlah 12 40 % 10 33,3% 8 26,7% 30 100% Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan pendidikan ibu pada kelompok pendidikan Tinggi mempunyai pengetahuan baik sebanyak 5 responden (16,7%), pada kelompok pendidikan Menengah mempunyai pengetahuan baik sebanyak 4 responden (13,3%), pada kelompok pendidikan Rendah mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 7 responden (23,3%). Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Berdasarkan Sumber Informasi Tabel 4.9 Distribusi frekuensi gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan sumber informasi Sumber informasi Pengetahuan Jumlah Baik Cukup Kurang F % F % F % F % Tenaga Kesehatan 8 26,7% 5 16,7% 1 3,3% 14 46,7% Media Cetak - 0% - 0% - 0% - 0% Media Elektronik 1 3,3% 1 3,3% 3 10% 5 16,7% Kerabat 2 6,7% 3 10% 2 6,7% 7 23,3% Masyarakat 1 3,3% 1 3,3% 2 6,7% 4 13,3% Jumlah 12 40% 10 33,3% 8 26,7% 30 100% Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan sumber informasi diperoleh bahwa ibu yang memperoleh informasi dari Tenaga Kesehatan terbanyak mempunyai pengetahuan baik yaitu sebanyak 8 responden (26,7%), tidak ada ibu yang memperoleh informasi dari Media Cetak (0%), ibu yang memperoleh informasi dari Media Elektronik terbanyak mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 3 responden (10%), ibu yang memperoleh informasi dari Kerabat terbanyak mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 3 responden (10%), dan ibu yang memperoleh informasi dari Masyarakat terbanyak mempunyai pengetahuan kurang yaitu sebanyak 2 responden (6,7%). Pembahasan Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan pengetahuan ibu di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan pengetahuan ibu di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya yang mempunyai pengetahuan baik ada 12 responden (40%), pengetahuan cukup ada 10 responden (33,3%), dan yang mempunyai pengetahuan kurang ada 8 responden (26,7%). Pengetahuan adalah merupakan hasil “ tahu “ dan ini terjadi setelah orang mengadakan pengindraan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 ). Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu. Menurut WHO ( World Health Organization ), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Peneliti berpendapat bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin baik cara berfikir dan berperikakunya. Dengan pengetahuan baik, yang dimiliki oleh akseptor KB suntik tentang efek samping dari penggunaan KB suntik maka akseptor KB suntik semakin memahami cara untuk mengatasi efek samping dari penggunaan KB suntik tersebut. Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan Umur di KIA/KB Puskesmas Menteng Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan umur ibu di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya terbanyak mempunyai pengetahuan baik pada kelompok umur 20 – 35 tahun sebanyak 8 responden (26,7%). Menurut Elisabeth yang dikutip Nursalam (2003), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya diri pada orang yang belum tinggi kedewasaannya Hal ini sebagai akibat pengalaman jiwa. Peneliti berpendapat bahwa semakin bertambahnya usia maka kedewasaan seseorang semakin baik. pada usia 20 – 35 tahun merupakan usia reproduktif untuk hamil dan melahirkan. Pada usia 20 – 35 tahun biasanya akseptor KB suntik menggunakan KB suntik untuk mengatur jarak kelahiran. Sehingga pada usia reproduktif akseptor KB mempunyai pengetahuan lebik baik tentang efek samping dari penggunaan KB suntik. Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan Paritas di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan paritas di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya terbanyak mempunyai pengetahuan baik pada kelompok paritas Multipara sebanyak 6 responden ( 20%). Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup atau mati yang di punyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2006). Menurut prawihardjo (2009), paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara, dan grandemulti para. Sedangkan menurut Manuaba (2008), Paritas adalah wanita yang pernah melahirkan aterm. Peneliti berpendapat bahwa semakin banyak jumlah anak yang dilahirkan maka semakin tinggi resiko untuk mengalami komplikasi. Sehingga pada paritas multipara dan paritas grandemultipara yang menggunakan KB suntik untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan sudah memiliki pengetahuan tentang efek samping KB suntik karena ada riwayat menggunakan KB suntik sebelumnya. Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan Pendidikan di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan pendidikan ibu di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya terbanyak mempunyai pengetahuan cukup pada kelompok pendidikan Rendah sebanyak 7 responden (23,3%). Menurut Wawan dan dewi (2011) Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadap perkembangan orang lain kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal- hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah. Berdasarkan Undang – undang Republik Indonesia (2003) tentang sistem pendidikan Nasional, tingkat pendidikan dapat digolongkan menjadi Pendidikan dasar, Pendidikan menengah, Pendidikan tinggi Peneliti berpendapat bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh akseptor KB maka akan mempermudah seorang akseptor KB suntik untuk menerima informasi dan menerapkan pengetahuan yang telah di dapat dari proses belajar dan memahami tentang efek samping KB suntik dan cara mengatasinya. Gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan sumber informasi di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa gambaran pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik berdasarkan sumber informasi di KIA / KB Puskesmas Menteng Palangka Raya terbanyak mempunyai pengetahuan baik yang memperoleh informasi dari Tenaga Kesehatan sebanyak 8 responden (26,7%) Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka seseorang cenderung memperoleh pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2003). Informasi adalah penerangan kabar atau berita tentang suatu keseluruhan makna yang menunjang amanat. Informasi memberikan pengaruh kepada seseorang meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media, maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. Peneliti berpendapat bahwa semua akseptor KB suntik dapat menerima informasi dari berbagai macam sumber, baik dari tenaga kesehatan, media cetak, media elektronik, kerabat maupun masyarakat setempat. namun tidak semua sumber informasi dapat menjelaskan secara rinci informasi kepada akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik, biasanya sumber informasi yang di dapat dari tenaga kesehatan dapat menjelaskan secara rinci tentang efek samping KB suntik sehingga akseptor KB suntik lebih mengetahui efek samping dari penggunaan KB suntik dan bagaimana cara mengatasi efek samping tersebut.   BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap 30 responden mengenai “Gambaran Pengetahuan Akseptor KB Suntik Tentang Efek Samping KB Suntik Di Puskesmas Menteng Palangka Raya” diperoleh hasil sebagai berikut. Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik Di Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan pengetahuan yaitu yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 12 responden (40%). Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik Di Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan umur yang mempunyai pengetahuan baik pada kelompok umur 20-35 tahun sebanyak 8 responden ( 26,7% ). Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik Di Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan paritas yang mempunyai pengetahuan baik pada kelompok Multipara sebanyak 6 responden (20%). Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik Di Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan pendidikan yang mempunyai pengetahuan cukup pada kelompok pendidikan Rendah sebanyak 7 responden ( 23,3% ). Pengetahuan akseptor KB suntik tentang efek samping KB suntik Di Puskesmas Menteng Palangka Raya berdasarkan sumber informasi yang mempunyai pengetahuan baik memperoleh informasi dari Tenaga Kesehatan sebanyak 8 responden ( 26,7% ) Saran Bagi Puskesmas Bagi Puskesmas Menteng Palangka Raya untuk tetap mempertahankan dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan yang ada di Puskesmas Menteng Palangka Raya. Dan lebih meningkatkan penyuluhan tentang efek samping KB suntik sehingga tingkat pengetahuan akseptor KB suntik yang sudah baik dapat dipertahankan bahkan lebih di tingkatkan. Bagi Peneliti Hasil peneliti ini di harapkan dapat menambah pengalaman yang telah di dapatkan selama proses perkuliahan khususnya mata kuliah Metode penelitian. Bagi Akseptor KB suntik Agar akseptor KB suntik lebih mengerti tentang efek samping KB suntikyang sering terjadi pada akseptor KB suntik. Bagi Institusi Pendidikan Harapan saya selaku peneliti, kiranya penelitian ini dapat bermanfaat dan berguna bagi institusi pendidikan selanjutnya peneliti juga berharap karya tulis ilmiah dapat dijadikan bahan pembelajaran bagi mahasiswa selanjutnya yang akan yang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar